‘bahasa tana’ bahasa ibu orang Maluku
9 Agustus 2007“iwato ela painom k, o hei kepeng susah, hei kepeng akaho na susa painoi , lolo fue fufun anakolu isikora apina fia-fia, akang anau e jadi mansia ela a”
“hayo e hidop susa jua, mancari uang susa tar mancari deng tamba susah lai, loko punggul sadiki-sadiki jua par anana iskolah tu, la kata dong jadi orang sadiki”
“duh, hidup sangat susah ya, bekerja susah tidka bekerja makin susah, tidak apa-apa menabung sedikit demi sedikit buat anak-anak sekolah agar mereka menjadi orang yang pintar”
Sebenarnya posting ini sudah beberapa hari yang lalu telah tertulis namun masih banyak kekurangan sehingga masih bertahan didraft J dan selain itu juga secara kebetulan saya diminta sama Usi Luna untuk mengkoreksi memberi pendapat tentang bahasa tanah yang beliau tulis pada blognya , *aduh apa yang bisa saya koreksi karena saya aja masih banyak belajar juga nih hehehhe* jadi ya bisa sekalian, selain itu dari blogwalking di beberapa tempat saya menemukan tulisan-tulisan tentang bahasa ambon yang menggelitik hati saya untuk menulis posting ini.
Seperti quote diatas, pada quote pertama adalah ungkapan dari Bahasa Tana, kedua dari bahasa Melayu Ambon, di seluruh maluku dari Kei sampai dengan Ternate terdapat bahasa-bahasa daerah asli maluku yang disebut dengan ‘Bahasa Tana’ bahasa ini tidak hanya terdapat pada beberapa daerah atau desa-desa akan tetapi bahasa ini merupakan bahasa ibu orang maluku, Kenapa saya lebih menulis ‘tana’ dari pada ‘tanah’ walaupun artinya sama namun memiliki nilai yang berbeda dalam bahasa ambon, ‘tana’ dalam bahasa ambon bisa berarti tanah bisa berarti juga ditujukan kepada tanah leluhur di pulau Nusa Ina, sehingga bahasa tana dapat diartikan sebagai bahasa asli suku maluku.
Bahasa yang bermula dari pedalaman Nusa Ina yang dianggap sebagai pulau pertama orang maluku berdiam sebelum tersebar ke seontero maluku. Sedangkan bahasa ambon atau bahasa sehari-hari orang Maluku disebut dengan bahasa Melayu Ambon, yang dipergunakan hampir oleh sebagian besar orang maluku ini dalam komunikasi sehari-hari.
Sampai sekarang tidak kurang dari 117 Bahasa Tana yang terdapat di seluruh maluku ini, dan ada beberapa yang mengalami kepunahan, kebanyakan bahasa-’Bahasa Tana’ yang mengalami kepunahan adalah Bahasa Tana yang dipergunakan oleh desa-desa kristen baik di pulau ambon maupun di sebagian kecil pulau seram. Bahasa Tana pada komunitas kristen pernah dicatatat oleh Geogius Rumphius pada tahun 1987, yaitu di desa Hative dan Hitu, dalam laporannya ia mengatakan bahwa bahasa Ambon (hative dan hitu) sangat berbeda sekali dengan bahasa pulau-pulau yang berdekatan dengannya seperti ternate, makassar dan banda. dan dua bahasa ini yang telah dicatat oleh om george itu sudah punah tanpa jejak sampai sekarang. sedangkan pada komunitas Islam selain masih bertahan juga beberapa hari yang lalu baru diluncurkan “kamus Bahasa Tana Asilulu – Inggris oleh James T. Collins yang telah melakukan penelitian cukup lama tentang punahnya Bahasa Tana di Pulau ambon ini,
Apakah Bahasa Tana telah punah?
Saya sedikit tersenyum ketika membaca tulisan-tulisan seperti ini
“Para pemimpin upacara, dukun atau “orang pake-pake”, adalah komunitas pendukung Bahasa Tana itu. Bahasa yang dipakai ketika mereka berbicara kepada sejarah dan asal-usul mereka. Meminta dukungan dari para leluhur. Ini terjadi pada semua bahasa, yang tersingkir.”
“Sedangkan kebanyakan masyarakat Muslim Ambon masih mempunyai bahasa daerah sendiri yang disebut Bahasa Tana” [1]
Sebenarnya Bahasa Tana ini tidak pernah punah setidaknya sampai sekarang ini, sebab penggunaan Bahasa Tana ini masih dijadikan sebagai bahasa komunikasi sehari-hari pada desa-desa di pulau Seram, saya pun masih bisa menggunakan bahasa-bahasa tersebut dengan tetangga-tetangga saya walaupun kosakata Bahasa Tana saya minim sekali heheheh tapi moga-moga ga termasuk dukun deh.
Selain itu juga juga Bahasa Tana ini tidak lah menjadi bahasa komunitas orang islam saja akan tetapi seperti yang saya jelaskan diatas, Bahasa Tana adalah bahasa Ibu orang maluku, sehingga tidak hanya orangIslam saja yang menggunakan, orang Kristen pun menggunakan Bahasa Tana, walaupun pada komunitas kristen saat ini bahasa tanahnya hampir punah namun mereka mempunyai bahasa tanah juga.
Punahnya Bahasa Tana pada desa-desa Kristen
Penggunaan Bahasa Tana oleh komunitas atau desa Kristen tidak se-intens pada desa-desa Islam sehingga tidak mengherankan pada saat ini tidak terdapat lagi percakapan Bahasa Tana dikalangan komunitas Kristen, penutur Bahasa Tana dikomunitas Kristen hanya tinggal orang tua-tua dan mungkin satu dua orang pemuda yang masih berkomunikasi menggunakan Bahasa Tana, selebihnya Bahasa Tana dari komunitas desa kristen telah punah. Sehingga tidak mengherankan pada saat sekarang Bahasa Tana lebih dikenal di desa-desa Islam dari pada desa kristen.
Hilangnya Bahasa Tana di beberapa desa di Maluku Tengah maupun di Ambon khususnya desa-desa kristen tidak terlepas penjajahan belanda selama berabad-abad di Maluku ini, selain itu perlakuan berbeda yang diterima antara orang Islam dan orang Kristen pada jaman Belanda banyak mempengaruhi hilangnya Bahasa Tana tersebut, perlakuan Belanda dengan memberikan ‘hak’ yang lebih kepada orang kristen untuk bekerja sebagai penginjil maupun tenaga administrasi di pemerintahan Belanda waktu itu menjadi pemicu utama hilangnya Bahasa Tana, dan kebetulan bahasa Melayu telah bekembang diwilayah Hindia Belanda serta djadikan satu-satunya bahasa pengantar diseluruh wilayah ini. Dengan demikian setiap orang yang ingin menjadi pegawai mau tidak mau harus menggunakan bahasa Melayu tersebut dan juga pemakaian bahasa Melayu mempunyai prestise tersendiri pada waktu itu dikalangan orang-orang Maluku. Maka untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dengan menjadi pegawai Belanda sehingga berbahasa Melayu adalah pilihan paling menggiurkan didepan mata, sehingga komunikasi dan secara perlahan Bahasa Tana tersingkirkan oleh bahasa Melayu.
Seperti yang dituturkan oleh Prof. James T. Collins pada waktu Kongres Internasional Bahasa-Bahasa Daerah Wilayah Indonesia Timur, di Ambon beberapa hari yang lalu. Karena alasan-alasan tertentu desa-desa dengan komunitas Muslim saat itu tidak pernah berpikir untuk melakukan hal yang sama, Itulah sebabnya bahasa-bahasa daerah maluku dari komunitas Islam relatif tidak mengalami kepunahan dalam kurung waktu yang panjang. Dan Hasil pembauran antara bahasa daerah dan bahasa melayu saat itu hingga abah 18 memunculkan bahasa ragam melayu dialek ambon yang dikenal sebagai bahasa “Malayu Ambon” yang terus berkembang sampai saat ini, namun pada perkembangannya banyak sekali istilah-istilah asing yang ikut andil dalam mengembangkan bahasa Melayu Ambon ini, terutama Belanda dan Portugis.
Akan tetapi bagi saya tidak semua desa-desa kristen mengalami hal tersebut, dan hal ini pun tidak terlepas dari cara belanda memperlakukan desa-desa tersebut, pada desa-desa Kristen di pulau Seram (dalam hal ini, Seram Selatan), penggunaan Bahasa Tana masih seperti desa-desa tetangga mereka yang Islam, Bahasa Tana masih menjadi percakapan sehari-hari diantara warganya, sehingga saya melihat kepunahan Bahasa Tana tersebut hanya berlaku pada komunitas desa-desa Kristen di Pulau Ambon dan Lease yang nota bene intensitas kedekatan dengan Belanda lebih banyak dari pada komunitas diluar itu.
Bahasa Tana di desa-desa Islam
Pada hampir setiap desa Islam dimaluku penggunaan Bahasa Tana masih menjadi prioritas utama, bahasa melayu ambon hanya dipergunakan pada saat-saat mereka berbicara dengan orang-orang yang dianggap tidak mengerti dengan Bahasa Tana yang dipergunakan didesa tersebut, salah satu contoh di desa islam pada belahan selatan Pulau seram, desa-desa semacam Tehua, Moso, Laimu, Laha Islam, Tehoru, Haya, Tamilow, Sepa, dan lain-lain. dalam percakapan sehari-hari mereka masih tetap menggunakan Bahasa Tana sehingga regenerasi Bahasa Tana tersebut masih tetap terjaga sampai sekarang. Akan tetapi setahu saya, di desa-desa tersebut bahasa yang mereka pergunakan dianggap bukan Bahasa Tana, Bahasa Tana bagi mereka adalah bahasa yang dipergunakan oleh orang gunung (suku terasing yang berdomisili dihutan-hutan) sedangkan bahasa yg mereka pergunakan disebut sesuai dengan nama desanya yakni bahasa laimu, bahasa tehua, haya dsb.
Seperti di desa Laimu, penggunaan Bahasa Tana ini menjadi semacam keharusan bagi pemuda-pemuda untuk berkomunikasi dengan orang-orang tua mereka, dan penggunaan Bahasa Tana ini tidak saja mereka pergunakan pada waktu mereka berada didesa tersebut saja, akan tetapi sampai di Ambon bahkan jakarta pada waktu mereka bertemu dengan sesama warga desa maka bahasa yang mereka pergunakan dalam komunikasi adalah Bahasa Tana, ungkapan “palaow, khabare na saim?” sebagai ungkapan pertama dalam bertemu atau indonya “halo, gimana kabarnya” masih terus dipergunakan. atau plesetan-plesetan bahasa tana logat jakarta “saim sih??” ada apa sih. Saya ingat ketika pada waktu masih kuliah di tana jawa, bersama dua orang teman yang yang kuliah disana jga sempat menyusun kamus Bahasa Tana Laimu, dengan contoh cara penggunaannya dalam kalimat sebagian yang kami susun adalah sebagai berikut.
Contoh Bahasa Tana di desa Laimu
No |
Bahasa Tana |
Indonesia |
Bahasa Tana |
Indonesia |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 |
San Lua Toi Vae Rima Noe Vitu Waju Siwa Hutu Hutusan elansan Hutu lua Hutulua elansan Yauw Yale Ae Kai Manawa Hihina Waelo Lawa Holahae Saka Moki Putu Lahito Taka kako ian |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 20 21 Saya Kamu Makan Pergi Laki-Laki Perempuan Air Lari Buang Jaga Dingin Panas Baju Celana Lihat ikan |
Mahale Mauma Lalau Manlia Opatan Lotomina Halimuli Uma ela anan Ohaya Yai Lasa Milim Ohita Lipia Tita Asana Palaow Saim Sa’i Ujum Uvan Ahiyan Okue Sopayano Musupuru taho pangkara |
Bawah/Barat Atas/Timur Laut/Selatan Darat/Utara Menangis Depan Belakang Rumah Besar Kecil Pikul Kayu Babat Kebun Potong Sagu Jalan Pikul Bagaimana Apa Dayung Kepala Wajah Jelek Duduk Sholat Mengaji tau singkong |
Contoh penggunanan Bahasa Tana desa Laimu
“he o kako, o kako mahale ka iano oto le” artinya : eh lihat, lihat ke barat ikan banyak sekali”
“o kai lio?” a kai milim, ka a hita lipia a” artinya : mau kemana? aku mau ke kebun, hendak tebang pohon sagu dulu”
Ada ungkapan-ungkapan Bahasa Tana yang mempunyai arti yang berbeda apabila disambung dengan bahasa sehari-hari. selain itu juga kata-kata tambahan seperti “o, e, le, ka, dan lain-lain kadang membuat bingung juga. atau kalo datang ke ambon dan pingin mengerti bahasa tersebut digunakan bisa ikut dengan saya untuk melihat dan mendengar bagaimana sih bahasa tana yang dipergunakan sehari-hari itu.
[1]: quote dari usi Luna dan Om Bambang
*Foto : Kepala Suku Naulu
wah susah juga ya, tapi kalo diajak ngomong pake bahasa indo ngerti kan
oleh ayahshiva 10 Agustus 2007 at 12:35 am*mode serius on*
oleh may airinn 10 Agustus 2007 at 2:03 amudah ada kursus kilatnya ga? CP nya mana?
*mode serius off*
#ayah shiva
hehehhe.. yups ngerti kok om, bahasa ini kan dipake untuk bahasa sesama mereka aja, kalo sama orang luar kadang mereka pake bahasa Melayu ambon juga kadang bahasa indonesia tapi logat ambon kental 😀
#may
oleh almascatie 10 Agustus 2007 at 4:05 ammay mo kursus? nanti saya kasih kursus deh
tapi bayarannya gimana nih
*kabur*
duh ada aku .(ian)
oleh Nayz 10 Agustus 2007 at 5:50 amnamaku ikan ?
#Nayx
oleh almascatie 10 Agustus 2007 at 12:01 pm@_@ wah termasuk ikan mana nih kamu…. hehhehehe
Ahao e!
Beta perna dapa ajar basa tana tapi pelauw pung versi…biking testa pusing jua, maar sadap lai dengar dong pung bicara…
Oras beta bakudapa deng orang pelauw yang baru datang ke Surabaya, beta dengar sandiri dong bicara dong pung bahasa…
Hehehehe….
Ale wo’awo?
oleh bambang priantono 10 Agustus 2007 at 3:54 pm#bambang
hahhahaha Pelauw memang sadiki beda om.. tapi dengar dong bicara asyik..
“Ale wa`ati…….. ale wa`ato….. Ale wa ta lot to”
oleh almascatie 11 Agustus 2007 at 12:25 amIndonesia benar2 kaya akan budaya ya…
oleh deking 11 Agustus 2007 at 10:08 pmBTW untuk 7 mirip dengan bahasa Jawa ya, kalau bahasa Tana “vitu” sedangkan bahasa Jawa “pitu”
#deKing
oleh almascatie 12 Agustus 2007 at 5:32 pmhehehe… iya ya.. pitu = vitu.. baru sadar aku hihhihi.. kok bisa ampir mirip gitu ya.. mungkin ada sejarahnya kali tapi belom ketahuan..
bib, asik banget neh tulisannya, informatif. Pengetahuan dan rujukan saya yang lemah itu, jadi malu dikutip.
oleh LV dg. Sugi. 12 Agustus 2007 at 6:00 pmSaya akan meraciknya lagi (tulisan saya itu.. merujuk ke tulisan ini.)I’ll let you know.
#usi Luna
oleh almascatie 13 Agustus 2007 at 2:46 amwekz.. kok gitu ya heheheh tulisan usi yang pertama membuat saya semangat kok buat nulis post ini, wew.. okeh dah saya tunggu tulisan yang asyik dari usi luna nih.. 🙂
Pelajaran sejarah to….
oleh Neo Forty-Nine 17 Agustus 2007 at 7:54 pmMari berjuang menghargai dan menjaga bahasa daerah sebagai warisan budaya
😀
hehehehe.. hampir mas..
oleh almas 18 Agustus 2007 at 3:26 pmcuman ngeliat hilangnya bahasa pribumi maluku yang menghilang akibat penjajahan
setuju mas! harus itu.. setidaknya postingan mas Parid nih jangan indo terus dong skali2 postingnya kaya kemaren tuh hehehehe
Dimasukkan ke wikipedia dong. Penting nih. Bagus euy.
oleh Bangaiptop 21 Agustus 2007 at 2:10 pm#bangaitop
oleh almas 22 Agustus 2007 at 9:41 pmwew… hmmm insyallah saya coba masukkan pak…
iya.. ya.. literatur tentang ini di wikipidia ga ada sama sekali
makasih bang dah maen kesini dan kasih usul yang bagus…
*segera dilaksanakan*
Menurut saya, salah satu penyebabnya juga bisa berasal dari era globalisasi sekarang yang memaksa penduduk penutur bahasa lokal harus bisa berkomunikasi dengan penduduk luar. Sehingga generasi muda kini yang berorientasi global cenderung jarang memakai bahasa lokal dalam komunikasi mereka sehari-hari. Sebaliknya generasi tua yang teguh memegang adat dan penutur bahasa lokal jumlahnya semakin hari semakin berkurang. Tak pelak era globalisasi sekarang terjadi PENYAMARATAAN atau universalisasi kebudayaan, sehingga khazanah khas daerah menjadi hilang dan tergantikan dengan simbol-simbol universal seperti contoh Bahasa Inggris… Jeans?? Coca Cola?? hehehe… Saya juga termasuk doyan globalisasi loh… Tapi yang bermanfaat aja dan disesuaikan dengan budaya kita.
oleh Indra 19 Oktober 2007 at 2:57 pmSalam kenal……….
oleh Labholonk 11 Februari 2008 at 8:17 amok sy spakat krena melihat dari perkembangan skarang mungkin da modrn lantas bahasa daerah sendiri di abaikan…..kl sy pikir bhs daerah tukan buat komonikasi rahasia……
#indra
bener boss..globalisasi dilain pihak menjadi bumerang bagi penutur bahasa tana, tapi untuk skarang ini dipedalaman seram masih banyak penutur2 yang bukan hanya tua tapi anak2 pun bisa bercakap2 dengan bahasa tana
#labholonk
oleh almascatie 14 Maret 2008 at 2:04 amhahahhaha kayak bahasa sandi yah
CONTOH BAHASA INDONESIA “gagal” DALAM
MENGKOMUNIKASIKAN bahasa-bahasa CREOLE
di INDONESIA TERLIHAT dari
acara-acara Televisi swasat,
dimana hampir semua PRESENTER
membawa acara dalam bahasa Melayu-Betawi.
Dibawah ini surat kami kepada seseorang
anak di ambonmanis.com semoga bisa
menerangkan masalah ini.
=============================
Bung _ on June 14 2007 09:45:09
Maaf beta kasi labe jelas lagi: 14/06/2007 08:51
Balas ade _di_ pung opini tentang DENIAS…
Batul Dian, ini yang dalam teori bahasa AKSI BICARA.
Aksi bicara ini tidak (kurang) dimiliki oleh Bahasa Indonesia
(yang NB adalah “bahasa Melayu Riau-Semenanjung Malaysia dan Brunei).
Contoh: [sorry dari terjemahan dari Kitab Raja2/Samuel):
Jadi kalau misalnya Goliath itu orang dari Jakarta (Betawi)
dia pasti bilang ke Daud sbb:
“Lu pikir gua ni anjing ye ampe lu dateng ame tongkat?!!”
sedangkan kalau Melayu Ambon sbb:
“Ale pikir beta ni anjing ka, sampe ale datang deng tongkat!!??”
Kalau di bahasa Indonesia:
“Anjingkah aku sampai kau datang dengan tongkat?”
Jadi AKSI BICARA itulah yang kurang dimiliki bahasa Indonesia
(Mungkin bagi suku Riau kata-kata
“Anjingkah aku….dst” itu sudah dianggap kasar bagi
bahasa suku ybs.,
tetapi belum kasar atau belum ada karakter bagi orang dari
suku Betawi atau Melayu-Ambn).
JADI ADIK DIAN dkk, disitulah letak permasalahannya.
Tentang contoh2 ceritera bahasa melayu-ambon adik Dian bisa
cari di buku karya DON VAN MINDE (kini Dekan di Univ. Leiden).
Bukunya berjudul : Melayu Ambong:….. tahun 1998?
Didalamnya (Bab 7) ada ceritera:
Kes deng Totoruga,
Nene Jaganti (Burung Kokong Hik) ..
Bab 1 s/d 6 berbahasa Inggris.
Serta Bab 7 nya berbahasa Melayu AMbon (+inggris)
Ada juga bagian2 Injil Lukas bahasa Melayu AMBON dan yang telah
diterbitkan GPM dalam bentuk Kalender, dan ada juga
Traktat Injil Lukas dalam Melayu Ambon (dengan refrensi kerja
dari bahasa Melayu Kupang), contoh sbb:
[Di bawah ini bisa didapat dari MAJALAH ASSAU,
yang diterbitkan PIKOM GPM, Ambon
–> Majalah Assau bulang Sept-Okt 2007 s/d yang bulan JANUARI 2008]
Lukas 6:37 dst:
“Seng bole cap orang sabarang, biar nanti ale dong lai seng dapa
cap sabarang. Seng bole kutok orang, biar sabantar ale dong lai
seng dapa kutok. Kasi ampong orang jua, biar nanti ale dong dapa
ampong dari Tuhan Allah. dst..”
Juga ada ceritera
“Perjalanan Guliver atau GULIVER DI TANA LILIPUT (dalam bentuk komik dsb..)”
Lukas 10:25 dst..
oleh InAS_ verkw 22 Mei 2008 at 8:17 pm“Ada satu om bajalang dari kota Yerusalem pi turung ka kota Yerikho.
Takajo bagini, orang-orang jahat serang om itu di tenga jalang.
Dong kasi talanjang om itu lalu dong lari kasi tinggal om talunjur
di tenga jalang. Om itu jadi stenga-tuli tagal antua baru abis dapa pukol.
Seng lama bagini, seng sangka, ada saorang bapa-pandita lewat
di akang jalang tu. Bapa pandita lia om itu la bapa pandita bapingger
jalang pura-pura seng lia (antua seng nodek). Bagitu lai,
ada saorang suku-lewi ….dst….” GBU,
BETA BANGGA JADI ORANG MALUKU, TUHAN MEMBERKATI KATONG SAMUA’
oleh MATU 3 November 2008 at 11:37 ambahasa tana dalam masyarakat maluku khususnya masyrakat yg mendiami negri adat utara pulau ambon dan pulau sekitarnya (salahutu,jezirah lei-hitu,sebagian jezirah huamual, hatuhaha) yang notabene beragama muslim dibagi menjadi dua jenis tingkat;
1.bahasa yang digunakan untuk percakapan sehari-hari (bahasa malai).
2.bahasa khusus yang digunakan untuk penghormatan, atau acara sumpah seorang raja adat(bahasa matuang).
bahasa tana sendiri pada setiap negeri adat berbeda-beda ring bahasanya.
contoh dengan malai dari ring negeri morela,mamala,hitu/hitumeseng,wakal,hila,dan kaitetu:
indonesia:satu,dua,tiga,empat,lima
bahasa tana(malai) :esa,lua,telu,hata,lima
pada jenis pertama(malai) bahasa ini masih sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, walau dibeberapa negeri hanya dikuasai oleh orang yang berusia 30+ , namun bahasa yang kedua hanya dikuasai oleh tua-tua adat dan hanya beberapa negeri yang masih menggunakan bahasa ini dalam upacara tertentu.
kurangnya perhartian dari masyrakat serta instansi pemerintah membuat bahasa ini hampir dikatakan punah dibeberapa negeri adat. gempuran dari virus gaya hidup modern (baik oleh era kolonial maupun era informasi) mengusun pluralitas dan perubahan tak terkontrol sehingga membuat masarakat malu menggunakan atau menunjukan identitas aslinya.
berbeda dengan beberapa daerah berkembang seperti makasar, bali,dan sebagian besar daerah di jawa, seorang pemuda atau pemudi ambon dalam pergaulan sehari-hari akan dikatakan kolot bila berbincang dengan bahasa tana(malai), bahkan dibeberapa negeri adat seorang remaja dikatakn aneh bila menguasai bahasa matuang karena dipercaya oleh masyarakat setempat bahasa ini digunakan untuk berhubungan dengan mahluk-mahluk gaib.SALAM-SALOM
oleh julaikha 12 Februari 2009 at 6:33 pmOleh : Eddie Supusepa
Bila kamu ingin tahu
Mengapa tubuh hitammu berbekas
Tahun-tahun yang sudah berlalu
Bila kamu ingin tahu
Dari mana asalmu
Tanyakan kepada sejarah
Bila sungguh-sungguh kamu ingin tahu
Carilah di dalam hati sanubari
Hasrat hidup dan daya berjuangmu
Jakarta, April 1980
(Dari « Renungan Seorang Alifuru », Stichting ISDM 1990).
————————————
oleh julaikha 12 Februari 2009 at 6:57 pmyame mansia Nusa Hualau lai wa’a Ama Huapolut…,laka taka Eti kula Sapalewa. yame pahuni hee Matasia
untuk belajar bahasa tanah bagaimana ya, ada yang bisa bantu?..saya ingin mengenal maluku lebih dalam..oh ia apakah bahasa tana maluku utara dan maluku berbeda?…
oleh bayu manuhutu 2 April 2009 at 4:17 amthanks ya
#bayu
oleh almascatie 2 April 2009 at 6:03 pmpaling bagus lansung terjun ato bergaul dengan pengguna bahasa tanah lansung.. maksudnya ke ambon gitu.. kalo hanya sekedar baca dari kamus masih belum maksimal karena intonasi suara dll…
uhmmm hampir semua bahasa tanah jangankan maluku utara dan maluku tengah.. di antara desa walo cuman berjarak beberapa kilo saja bisa beda sama sekali 🙂
makasih pak
Kalau untuk Jazirah Lei Hitu artinya Dari Allang sampai di Liang. Bahasa Tanahnya Belum Hilang, kalaupun di Desa-Desa Kristen Bahasa Tanahnya sudah Punah,akan tetapi Saudaranya yang di Desa-Desa Islam masih memakai Bahasa Tanah. Contah misalnya Waai yang Kristen Bahasa Tanahnya sudah Punah akan tetapi saudaranya Liang masih memakai bahasa tanah tersebut.
oleh Halim Pelu 3 April 2009 at 6:36 pmLiang dengan Waai memakai satu bahasa Tanah Karena mereka dalam satu Uli yaitu Uli Sailessi, Setiap perkumpulan suatu Uli di dalam Adat Hitu mempunyai Dialek Bahasa Tanah yang Sama.
#Halim Pelu
oleh almascatie 4 April 2009 at 12:09 ammakasih pak.. engg pkalo seng slah kamus bahasa tanah hitu baru diterbitka yah?
Terima Kasih, atas tanggapannya.
Mengenai kamus Bahasa Tanah Hitu di terbitkan, saya pikir ini suatu kemajuan dan pemikiran yang bagus untuk masa depan budaya,adat dan bahasa Orang Ambon Agar tidak lenyap hilang ditelan oleh modernisasi jaman. Dan Menambah kecintaan terhadapan Budaya dan Adat istiadat yang ditinggalkan oleh para Leluhur Kita.
Semoga Upu Khata’ala selalu memberkati Kita semua.
“Somba”
Halim Pelu
oleh Halim Pelu 7 April 2009 at 4:59 pm#Pak Halim
sama-sama pak, iyah kalo ga salah tahun 2007 kemaren ada peneliti dari belanda yang melakukan penelitian bahasa tanah di jazirah hitu, tapi sayah belum sempat mendapatkan buku hasil penelitian bahasa tanah itu..
kecintaan terhadap budaya dan adat negeri ini makin lama makin hilang.. yah harap maklum kalo modernisasi lebih menarik dari pada sebuah tradisi sejarah.. kalo bukan sekarang entah kapan lagi.. ataukah kita mungkin hanya menunggu raja dan para saniri nya menjadi bahan pajangan di museum sahaja
oleh almascatie 7 April 2009 at 9:40 pmsalam
sbarnya hal ini merupakn kesedihan’q banyak tman2 dari etnis lain masih bisa menggunakan bahasa daerahnya….sedangkan aq gk bisa sama skali…..
oleh J-LoEN 8 April 2009 at 12:47 pmLAGU GANDONG DALAM BAHASA MALAYU AMBON
GANDONG
Gandong Lamari Gandong Mari Jua Ale oooo
Beta mau bilang Ale katong dua satu gandong
Hidup ade deng kaka sungguh manis lawange
Ale rasa Beta rasa katong dua satu gandong
Gandong nge.. sio Gandong nge..
Mari beta gendong, beta gendong Ale jua
Katong dua Cuma satu Gandonge
Satu Hati satu Jantonge
Traslet Lagu Gandong dalam Bahasa Hitu Sekarang
GANDONG (LAHAT)
oleh Halim Pelu 8 April 2009 at 4:35 pmGandong La Mai Gandong Mai Lo’oi Gandong nge….
Lo’oi yau atahia ite lua esai gandong
Hidup ku walia’a tolo moso-moso… E
Ale rasa yau rasa ite lua esai gandong
Gandong sio Gandong nge
Mai yau hahiti, yau hahiti Ale Uma
Ite lua cuma walia,a e…..
Lahat Esai, Esai Jantonge
#jLoen
engg… mang aslinya mana yah mba?
kalo maluku ayoh sama-sama belajar bahasa tanah dah :p
#Pak Halim Pelu
mantap betul.. belum ada yah pak yang nyanyikan dalam bahasa hitu nih…
engg.. gimana kalo pak Halim bikin sebuah kamus bahasa hitu saja pak.. kayak om bambang yang orang sby tapi bikin kamus bahasa ambon 🙂
makasih pak dah maen kesini…
oleh almascatie 8 April 2009 at 4:44 pmyang terhormat almascatie,
kalau Upu Khata’ala berkehendak….. pasti akan terlaksana… saya sekarang belum bisa kebetulan bidang saya tidak disitu, saya hanya bisa memberi sprit untuk memacu kita tentang hal-hal mengenai kebudayaan dan bahasa Ambon.
Terima kasih
“Somba”
oleh Halim Pelu 8 April 2009 at 6:35 pmada aplikasi kamus online punya yayasan Pattialam desa Hila, referensi dari bahasa orang Tana Hitu (sebagian Leihitu-Salahutu, bukan negeri hitu lama/hitu messeng skarng).mar situs masih banyak kekurangan index kata karna masih dalam tahap pengembangn dan percobaan, yang biking mahasiswa yang lagi magang.
alamat: http://pattialamxxx.awardspace.co.uk/
mase make domain gratisan, maklum lagi tahap percobaaan…smoga bisa membantu. salam-salom
oleh julaikha 12 April 2009 at 7:24 amsalam kenal
oleh mitha 18 Juni 2009 at 1:30 pmtulisan diatas membantu bgt.kebetulan b lg mau nyusun skripsi judulx berhubungan deng bahasa tanah.b boleh minta usi luna/om bambang pung alamat facebook? soalx b mau tanya banyak mengenai bahasa tanah.
salam kenal mith… ngg.. usi luna ga terlalu aktif di FB.. sedang om bambang silahkan lansung ke blognya dia ajah.. beta jua seng talalu tau antua pung FB, silahkan kirim email ke almascatie[et]yahoo[dot]com ntar beta kasih tau antua pung nomor telp…
oleh almascatie 19 Juni 2009 at 5:39 pmokeh thanks non………
tidak semua yah sama…
tiap kampoenk beda bahasa….
oleh Jefri Malawat 8 Juli 2009 at 9:28 pmale,..samua kampong pung bahasa beda-beda jadi jang sampe ale dong sala mangarti. beta jua sanang kalo bahasa ‘ambon’ tu bisa katong pake tiap hari. apalagi katong yang dirantau orang jang sampe orang sunda deng jawa biking bodo katong deng dong pung bahasa, katong jua musti bisa,..jadi jang cuma bisa logat kalo parlu private mulai sakarang,…balong terlambat…ok!
oleh alther sopacua 9 Juli 2009 at 2:25 am@Jef n Alter
oleh almascatie 9 Juli 2009 at 3:29 ambener Pak.. makanya cuman dikasih contoh dari satu kampung aja.. coba kalo seandainya semua orang bisa bikin sebuah kamus bahasa tanah daerahnya masing, seng hanya nunggu orang luar saja to bos, lagian anak muda skr udah mulai jarang mempergunakannya, yah budaya “lo – gw” lebih kental mendesak bahasa tanah nih 🙂
menurut saya bahasa ini bagus se…tapi apa kita yang anak muda sekarang masih bisa melestarikan bahasa ini??????
oleh trie 4 November 2009 at 12:14 pm@Trie
oleh almascatie 5 November 2009 at 1:12 pmkenapa tidak? coba tanyakan pada diri sendiri aja kaka, kata2 melestarikan masih seng cocok, soalnya bahasa ini belum punah, masih dipergunakan oleh anak muda skr 🙂
A saka lete Ulate, u kuru/suru lau Latale, artinja Ale dong djaga di Gunung-tanah (Nusa Inai) beta turun ke Latale; daerah diaspora jang seluas dunia. Djustru itu, selama ada Bangsa Alune dan Wemale masih bernafas di Kawasan Tala Mena Siwa (Areal Nunusaku) maka selama itu pula Bahasa Maluku tetap hidup.
Jang mendjadi persoalan disini, jaitulah: (1)Kolonialisme Blanda dan Kolonialismme Baru RI selalu berusaha memusnahkan Wadjah Asli Afifuru kita atas djalan mengirimkan transmigrasi politik. Jang kemuadian diintensifkan dengan istilah “OBET & ATJANG”. Namun akal bulus kolonial ini tidak bisa ekskalasi. Sebab Hukum Adat Kita “Pela Gandong” selalu berseru: “Kumpul Orang Sudara.” Sebab jang kedua itulah: Karna Oknom2 intellectual didikan RI dan Blanda dorang sudah bersifat Freelance: Rupa Maluku, tapi berbakti kepada PERUT & KEPENTINGAN DIRI.
Dus untuk menuntut kemerdekaan dan kedsulatan Maluku, katong hartus menghadapi GOLONGAN ESAU jang BERTUHANKAN PERUT DAN KEPENTINGAN DIRI bLANDA DAN DI DJAWA.
Namun demikain, katong harus jakin dan merasa pasti bahwa “Atas pertolongan Bapa Surgawi, maka kita Anak2 Siwa-Lima akan berseru:
‘M E N A – M U R I A.’ Karna IA adalah ‘Alif dan Ja, Alpa dan Omega, alias Mena-Musia’.
Sekian sampai djuma dengan ony sahalessy.
oleh MOLUCCAN PEOPLE'S MISSION 10 Maret 2010 at 8:03 pmSINGKAT TENTANG THE FABRACATED EMPIRE OF INDONESIA.
1. Ethnological background:
INDONESIA adalah Satu Dunia Bangsa2. Bukan satu bangsa. Bahasa Indonesia itu adalah Bahas Melaju jang dipalsukan atau difabrikasikan namanja mendjadi apa jang disebut Bahasa Indonesia.Perkataan INDONESIA berasal dari kata “Indus dan Nesos / Dunia Kepulauan” jang berposisi antara Asia dan Australia:Mulai dari Madagaskar sampai ke Philiphina.” Perkataan ini dihadapkan oleh Earl, antropolog Ingris pada thn 1850′
2. Masjaalah Asia Tenggara dan Melanesia-Barat.
when Southeast Asia and West Melanesia/Maluku were occupaid by the Dutch, these territories was called Dutch-India.
During the Secand World War, the name Dutch-east India was abolished by Japan; and the Japanese marsal TERAUCHI proclaimed Dutch-east India as An Independent Unitary state of Indonesia. Thus the territorial integritas for Indonesia does not exist.
d. sahalessy
oleh Moluccan People's Mission 10 Maret 2010 at 8:50 pm[…] diambil dari sini […]
oleh Lagu Gandong versi Bahasa Hitu [Ambon] « 29 April 2010 at 12:02 pmTERJEMAHAN BASMALAH, SURAT AL-FATIHAH & SYAHADAT DALAM BAHASA TELUTI
(Bahasa yang dipertuturkan dari Desa Poling di Kecamatan Werinama hingga Haya, memiliki kesamaan dengan bahasa2 di Seram & Lease)
Oleh: DR. H. ABDURRAHIM YAPONO, MA., M.Sc.
Basmalah:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَحِيْم
“Tiya Aupu Allah TA’ALA nayan, Epa’a poloko Ela,
Epa’a kasihani Ela”
Tafsir: Sei ne e’ae ke, ese’e waelo asun ke, ekarja sa niya, ehen musti na ebaca Aupu Ta’Allah nayan, (kae Ehen no) Epa’a Poloko Ela, Epa’a kasihani Ela. Iko mansia’in le, na ipina sa nia, musti ibaca nayan, kane isupu Niwei barakati. Kalu ni elepa nayan taho le, na kukuwei pakarjaan taho’n supu barakati Heiliye Aupu Ta’Allah. Aupu Nabi Elepa, “Sei ne epina pakarjaan sa nia (pakarjaan halal), kalo ne ebaca Aupu Ta’Allah nayan taho le na saka ni pakarjaan kupaeti, ka’i ahiya.”
Al-Fatihah:
1. Tiya Aupu Allah Ta’la nayan, Epa’a poloko Ela, Epa’a kasihani Ela.
2. Sewwe puji-puji woo awe’e Aupu Allah, Aupu tuniai-akhirati sewe’eti.
3. Epa’a poloko Ela, Epa’a kasihani Ela
4. Aiya akherati (ekuwe’e balasan awe’e Ni hambalu sewe’esi)
5. Awe’eo nom nia amsopa, lau’um Yale nomnia am panuae bantuan
6. Otunjuki awe’ema la’atina susu’suo
7. La’atina ehen sim na okuwe’e nikmati awe’esi le; bukan na la’atina ehen sim na omurka kaesi le; tiyae bukan ehesim na la’atina mutu kaesi le.
Dua Kalimat Syahadat:
“Yau abersaksi bahwa tuhan ta ehen san taho melainkan Aupu Ta’Allah, tiya nabi Muhammad no utusan Aupu Ta’Allah.”
بسم الله الرحمن الرحيم
“Tiya Aupu Allah Ta’ala nayan, Epa’a poloko ela, Epa’a kasihani ela”
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ (6)
1. Olepa! “Yau aberlindung suwe’e Sopa-sopa (Tuhan) Mansia,
2. Ayya mansia,
3. Sopa-sopa mansia,
4. Hailiye kajahatang (pa’unuwe) setan nepahunuwei le
5. Nepa’unuwe kajahatang laum hutuwa mansia
6. Na ni asale hailiye kolompok jin tiya mansia le.”
Surah Al-Falaq: Madaniyah Surat ke-113
“Tiya Aupu Ta’Allah nayan, Epa’a poloko ela, Epa’a kasihani ela”
1. Olepa! “Yau aberlindung suwe’e Aupu Sopa-sopa (Tuhan) na ekuasai ka subuh (fajar) le.
2. Hailiye kajahatang (makhluk) na eciptakan le
3. Tiya hailiye kajahatang potu-potu na pakimolo nia le
4. Tiya hailiye kajahatang (hihina) mofunolu na inhulo laum buhul-buhul (nuwei tali kekeneto) le
5. Tiya hailiye kajahatang mansia sin na inpa’alana ela le.
Surat Al-Ikhlash, Makiyyah, Surat ke-112. 4 ayat.
“Tiya Aupu Ta’Allah nayan, Epa’a poloko ela, Epa’a kasihani ela”
1. Olepa (wahai Muhammad), “Ehen Aupu Allah Ta’ala mesele’imo”
2. Aupu Allah Ta’ala, Tuhan na sewwe sa nia in bergantung hailiyei
3. Aupu Allah Ta’Allah taho na elayyana anao, tiya taho na yain san ne elayyanaei.
4. Aupu Allah Ta’ala (I’isamoi) ya’iin san taho na elaiyei.
Surat Al-Lahab (Yafu Welu)
“Tiya Aupu Allah Ta’ala nayan, Epa’a poloko ela, Epa’a kasihani ela”
1. Hancur binasa Abu Lahab ni liman lualu tiyae memang ehen saka ebinasa kaei teliye.
2. Ni hartalu taho na berguna awei tiyae kokolao ni usaha sa nia taho na eberguna awei
3. Saka (laum akhirati) na enusu laum yafu wewelun
4. Tiya ni pinantua painon niya le’e kae ekakae yai papamasa le (elalawai fitnah)
5. Elosuwe rante besi wewelun laum totolon ya’in.
Surat Al-Nashr (Bantuan)
“Tiya Aupu Allah Ta’ala nayan, Epa’a poloko ela, Epa’a kasihani ela”
1. Pinaa bantuan Allah lapie tiyae kemenangan
2. Saka okako mansia innusu agama Aupu Allah Ta’ala rombongan rombongan
3. Na otasbih tiya opuji Aupu Tuhan na ela, tiyae omohon ma’afu laum hailiyei. Kokolao Ehen Epa’a tarima tobat (ma’afu) ela.
Surat Al-Kafirun (Kafilolu)
“Tiya Aupu Allah Ta’ala nayan, Epa’a poloko ela, Epa’a kasihani ela”
1. Olepa!, “Hei kafilolu”
2. Yau taho mungkin na asopa sai’isim na yem umsopa le
3. Tiyae yem taho mungkin umjadi pa’asopa Aupu Allah Ta’ala na asopai le
4. Tiyae yau taho pernah ajadi ma’asopa saisim na yem sopa le
5. Tiyae yem taho mungkin umjadi pa’asopa Aupu Allah Ta’ala na asopai le
6. Awe’em yemmei agama, tiya awe’u le’e ya’uwei agama (san-san tiya nuwei agama).
Surat AL-Kautsar (Waelo Hatan Laum Syurga)
oleh Abdurrahim Yapono, Ph.D 10 Juni 2010 at 1:55 pm“Tiya Aupu Allah Ta’ala nayan, Epa’a poloko ela, Epa’a kasihani ela”
1. Kokolao Yam akuwe’e we’em waelo hatan san laum syurga
2. Na umsopaiyano kae Aupu Allah Ta’ala tiyae umberkorban
3. Kokolao mansia sim na impa’alana ka’eo le na ti’isi (insupu rahmati tiya barakati Aupu Allah Ta’ala taho).
Surat Al-Ma’un (Barang-barang yang berguna)
“Tiya Aupu Allah Ta’ala nayan, Epa’a poloko ela, Epa’a kasihani ela”
1. Okekewa ke taho mansia sim na impa’akale agama le?
2. Hensi sim na impalamana kae ma’uwo yatimulu le
3. Tiya taho na insulei mansia kana inkuwe’e a’aelo awei ma’uwo yatimulu le
4. Na celakalah awe’e ehen sim na insopaiyano le,
5. (Yaitu) mansia sim na inlalai ka ki sopaiyano,
6. Tiya ehensim na impina tanei tiya making puji le (riya- bukan karena pahala Allah)
7. Tiya imbo’u (na intuluni mansia) tiyae barang-barang berguna (la’i, awali, embere, dll).
klu b lia hampir semua bahasa tana di maluku sama semua cuma ada yg ditambah dan ada dikurang di akhiran maupun diawal nya. sesuai deng irama masing2 kampung.
oleh ever 31 Juli 2010 at 12:56 pmHallo basodara samua,
oleh bayu manuhutu 20 Agustus 2010 at 6:54 ambeta bayu, besar di tanah jawa. beta ingin sekali belajar bahasa tana, apakah ada kamus yang bisa dibeli?..apakah ada yahoomessanger?..untuk beta bertanya dan belajar berkomunikasi, kalau ada tolong beta di beri tau, atas perhatian dan semangat persodaraannya beta ucapkan banyak terimakasih.
ADA BAIKNYA..,
BAHASA TANA,
ATAU BAHASA IBU,
ATAU PUN BAHASA DAERAH,
TETAP DILESTARIKAN OLEH GENERASI MUDA….
SUATU SAAT NANTI..,
KITA AKAN MENYESAL..,
KETIKA BAHASA KITA SENDIRI, TIDAK KITA PAHAMI….
SEINDAH-INDAHNYA BAHASA ORANG..,
LEBIHLAH INDAH BAHASA SENDIRI….
TENTUNYA..,
DENGAN TETAP MENGHORMATI BUDAYA ORANG LAIN….
🙂
oleh SeFerS 8 Oktober 2010 at 6:39 pmBeta bersyukur jadi orang Maluku….
🙂
Maluku itu indah..,
tanah adat yang selalu menjadi dasar dalam melangkah….
Sedih, ketika ada anak Maluku, yang dengan sengaja menomorsekiankan bahasa sendiri, dan lebih bangga menggunakan bahasa orang, kendati yang menjadi pasangan bicaranya adalah sesama Maluku….
Adoh, sodara..,
oleh SeFerS 8 Oktober 2010 at 6:50 pmjang sampe lupa adat sandiri..,
dalam tubuh ada darah adat yang jantung slalu pompa akang..,
jang sampe lupa tana tumpa darah..,
sampe katong tutu mata….
hal yg paleng mandasr itu karna katong tar mau membudayakan bhs “tana” sbg bhs adat,akhrnya banya anana skr lupa bhkan seng tau atow mangarti bahsa “Tana”.
walaupn di setiap nagri-2 donk pu bhs seng sama, tapi perbedaan itu seng talalu mencolok n berbeda dalam hal logat (dialek) sja…
mindsite anana skr su menjadi kontruksi sosial kalo bhs “tana” itu tar gaul, jdi dong lebih sering pake bahasa melayu-ambon (bukan bhsa “Tana”)..
kebetulan basudara beta jua ingin paskali balajar tu bhs, minta tolong basudara yg pung kumpulan kosa kata, kata kerja, kata benda, bentuk lampau atow bentuk sakarang bahasa tana, tolong jua, kirim akang par beta di (alle_amq@ymail.com) buat balajar…
oleh alle joung 14 Oktober 2010 at 10:11 pmtrims….
@alle joung
oleh almascatie 24 Oktober 2010 at 3:17 amthanks bro… nanti disampaikan yah. tapi masih disusun perlahan. ada bahasa tanah dari Hitu, beta lupa judul bukunya itu e
Yama o, Ama one?
Beta terharu membaca reaksi yang sedemikian dalam, sungguh sedih, namun apa yang sudah terjadi tidak dapat dirubah. Kenyataannya sekarang ini bahasa kita tidak akan punah.
Cara untuk melestarikan bahasa tana yang efektif adalah melalui sekolah kepada anak2 kita karena dari merekalah akan dengan mudah menyebar, hal ini perlu disampaikan kepada pemda.
Benarkah arti Gandong dalam donci Gandong e berarti LAHAT dan bukan Kandung…?
Usul beta par basudara yang berdomisili di Jakarta dan daerah lainnya membentuk kelompok diskusi menggunakan bahasa tana.
Teriring salam
oleh Tutuiha 4 Januari 2011 at 5:54 pmAmato
Tutuiha
aplikasi penerjemah bahasa Indonesia-Tana di facebook:http://apps.facebook.com/kamustana/
sumber: Hila, Hitu, Mamala, Morella
oleh Julaikha 17 Januari 2011 at 3:53 amio lai ale,beta anak alipuru di tanah jawa,yang salalu ina dan tar perna lupa bahasa waimale-dan alune bahasa yang membesarkan beta,kalo katong tar,mau ingat parjuangan oaranmg tua2 maka kationg abaikan bagitu saja maluku punya potensi,mamp[u di segala hal..kalau da kesempatan kenapa tidak,,mari bakumpul la katong bbbicarakan,
oleh b manuputty 18 April 2011 at 9:02 pm@Pak Tutuiha & B. Manuputy
oleh almascatie 23 April 2011 at 8:25 pmdengar di Nusa Laut ada komunitas pemuda yg belajar bahasa tanah pak.. skr ada beberapa komunitas yg ingin mencoba untuk melestarikan bahasa tanah juga 🙂
Bahasa tana ko mrip2 dg bhsa Nias ya…emang,bangsa indonesia ini beda tapi tetap ada kesmaan.
oleh Evie 3 Mei 2011 at 4:15 pmVery interesting topic.:) Senang sekali beta baca topic ini, en buat orang yang menulis tulisan ini beta bangga dengna dia. Juga bagi mereka yang masih menggunakan bahasa Tana…..Bagus sekali…Pertahankanlah budaya bahasa tanah, sekuat-kuatnya…kepada generasi muda. Lawamena Haulala, Marikatong Masohi membangun Ambon Satu Gandong 🙂
oleh Nell 23 Juni 2011 at 9:55 amHy….
oleh Eva 23 Agustus 2011 at 7:11 pmapa ada yg tau almt email atau facebookx prof. James Collins?
saya pengen bngt contact lngsg sm beliau…
plizz…this is emergency…
lot of thanks..
indonesia banyak akan bahasa………mantabb
oleh pulau tidung 12 Oktober 2011 at 6:22 pmlestarikan katong pung bahasa,orang Maluku, deng begitu seng ada yang bikin kaco katong pung persekutuan orang basudara.
oleh Rumkemuslaw Manuhua 17 Oktober 2011 at 10:00 amjadi pengen gigit orang ambon
oleh yokiko aoi 27 Desember 2011 at 4:38 pmsahabat Yokiko : mentang2 orng ambon hitam manis jd mau gigit kaapa….xixixi…thx for samua basudara yg msh mau dan peduli deng budaya maluku.Gbu all…
oleh stanley R 9 Februari 2012 at 7:09 pmsaya mau tanya…
oleh waimahu 27 Februari 2012 at 2:00 pmbahasa yang digunakan di kampung2 di maluku itu bahasa tana atau bukan…karena di beberapa kampung di maluku punya perbedaan baik secara linguistik maupun artinya…..
thanks
Y, harus di lestarikan itu Bahasa daerahnya om.
oleh Pulau Tidung 22 Desember 2012 at 2:15 amTulisan Abdurrahman Yapono, mengacaukan sistem perbahasaan di Maluku, untuk tidak dikatakan “menyesatkan”. Ini bahasa komunikasi sehari-hari di masyarakat Teluk Telutih, nama bahasanya “SOU TUNLUTIH” atau bahasa Tunlutih(Telutih)- pengucapan asli bahasa Alifuru Telutih, dapat juga digolongkan sebagai bahasa Alifuru Pantai Seram Selatan. Di Telutih dikenal Bahasa Alifuru Pantai, Bahasa Alifuru Gunung (Pedalaman) dan “Talili” atau Kapata selain bahasa Melayu Ambon-Maluku. Yang dikenal sebagai Bahasa Tana adalah Bahasa “Talili atau Kapata. Yang di urai dan diungkap Sdr. Abdurrahman adalah Bahasa Telutih atau Bahasa Alifuru Pantai. Bahasa Talili atau Kapatah adalah Badasa tutur untuk mencerierakan sejarah/kejadian di masa lalu. Satu kalimat Talili dapat menjelaskan banyak hal dan merupakan autentikasi dari sebuah tutur sejarah, dimana penggunaan kalimat-kalimat Talili adalah referensi yang membenarkan dan tidak terbantahkan. Diumpamakan dalam Agama adalah keterangan dari Kitab Suci dalam atau dalam keilmuan umum merupakan teori atau pendapat Ahli atau juga Referensi Kepustakaan.
oleh Muhammad Thaha Pattiiha - Iha Tehuayo. 8 April 2013 at 4:51 amBisa panjang penjelasan ini…. dilain waktu.
Jangan asal “ngarang”, karena itu bukan cara cerdas. Ok.
Kepada Muhammad Thaha Pattiiha – Iha Tehuayo.
oleh DR.Abdurrahim Yapono 16 Juli 2013 at 2:11 pmTerima kasih ale su kasi komentar par beta pung tulisan di sini. Beta pung tulisan yang mana yang mengacaukan sistem Bahasa di Maluku yang ale maksudkan? Di atas beta pung terjemahan Basmalah deng beberapa Surat Pendekdari Kitab Al-Qur’an yang disiarkan disini. Mana yang mengacaukan dan menyesatkan? Plz tolong tunjukkan? Saran beta: Jika ale menambahkan suatu informasi mengenai bahasa di Maluku (Bukan Ambon – salah satu pulau kecil di depan Seram), bukan berarti yang lainnya salah semua, karena masing2 daerah/desa di Maluku (sekali lagi bukan Ambon) memliki bahasa dan dialektika masing2. Bukankah beta bilang, “Ini bahasa Teluti” atau Sou Tunluti? Bahkan di kawasan ini dibilang Sou Taluti bukan Tunluti. Seperti Nusa Aponno, Yapono, Aponnu (semuanya merujuk kepada keragaman penyebutan terhadap Pulau Ambon) karena semua tidak ada yang baku, seperti Bahasa Indonesia: Pulau Ambon. Tolong sodara tunjukkan mana terjemahan saya tentang ayat-ayat di atas yang menyesatkan baik sistem bahasa Maluku atau sistem Kitab Suci Al-Qur’an? Beta tunggu, bahkan beta tunggu kamus2 lain seperti Kamus Bahasa Sirisori, atau bahasa2 di Hatawano dll.agar budaya keragaman bahasa2 Maluku tetap terjaga. Jang asal bicara Bung!! Kamus Telutih Laimu telah terbit di http://www.yapono.com. walaupun masih sederhana..Salam, Abdurrahim Yapono.
Kepada Muhammad Thaha Pattiiha,
oleh DR.Abdurrahim Yapono 17 Juli 2013 at 3:11 amDapatkah ale hadirkan Bahasa Talili ? Kini bahasa itu ada di mana? Siapa penutur aslinya? Adakah kamus atau hikayat2 yg ditulis dlm bahasa Talili berada dalam sebuah literatur? Jika ale seng bisa hadirkan, ale hanya omong kosong yg orang bilang tong kosong nyaring bunyinya. Wikipedia menyebutkan sekitar 114 bahasa yang dipertuturkan di Maluku, dan banyak pula yang punah karena para penuturnya lebih cenderung berbicara Melayu Ambon atau bahasa Indonesia, jadi kalau ale bisa bikin kamus Bahasa Talili, ale hebat. Ajarkan beta bahasa Talili. Di antara 114 bahasa itu adalah bahasa Teluti, dan tidak ada bahasa Talili. Mungkin bahasa Talili adalah salah satu bahasa Maluku kuno. Beta salah satu penutur bahasa Teluti (dituturkan dari Poling hingga Haya), makanya saya dan anak daerah para penuturnya berupaya melestarikannya dengan merekam setiap kosa katanya dalam sebuah kamus virtual, bernama Kamus Teluti, disamping saya berusaha menerjemahkan Al-Qur’an dalam Bahasa ini; dan menulis cerita2 ringan dalam bahasa ini. Jadi jelas Muhammad Thaha Pattiiha salah alamat dalam hal ini. Mungkin ale salah satu penutur bahasa2 di pulau2 Lease, lalu ale ngigau di siang bolong menyalahkan Bahasa Teluti yagn bukan bahasa penuturan ale.. Salam beta Abdurrahim Yapono.
Hi, i read your blog occasionally and i own a similar one and i was just curious if you get a lot
oleh affiliate network marketing 3 Agustus 2013 at 6:42 pmof spam feedback? If so how do you reduce it, any plugin or anything you can
recommend? I get so much lately it’s driving me insane so any assistance is very much appreciated.
puki e,,,,
oleh nyonkhitu 9 Oktober 2013 at 9:02 pmc bukang oran maluku,,,
c tau apa deng bahasa tana puki e,,,,
c tulis di atas b tatawa …
butahuruf karbou e…
ny0nk h!tu goblok. Thu bkn bhsa negri kamu yeah. thu bhs seram selatan. Anjing kmu.
oleh farhat south seram 19 Desember 2013 at 10:17 amwoe nyonk h!tu nau2we, yale o manarati tahoke hahu. Yaleo na mansia maluku taho. Yale imm0 o lapie laun sha. Iko laun seran0 kekewam taho. . .
oleh farhat south seram 19 Desember 2013 at 10:22 ambwt bpak im, saya sebagai putra seram merasa bngga dgn tulisan2 yg d muat dlm blog ini. Smoga aupu latala e lindung! Ka-eo. Sue te’e na o o pitilue mansia hellau im. Ke immo setanilu. . . SALAM …
oleh farhat south seram 19 Desember 2013 at 10:29 amkata siapa kalau di desa² Kristen bahasa tana sudah punah,
itu hasil survey dari mana,? jangan takabur kalau menulis artikel, karena tidak semua desa² Kristen telah hilang/punah bahasa tananya. anda harus turun sendiri ke desa² untuk mensuveynya, jangan asal nulis artikelnya.
di Seram masih banyak desa² Kristen yang masih menggunakan bahasa tana sampai saat ini. silahkan anda mengunjungi desa² yang ada di pulau seram (Nusa Ina)
oleh Jong Peron 9 Februari 2014 at 9:59 amPersamaan bahasa tana untuk negeri2 adat hampir mirip :
oleh paradiszo69 20 Maret 2014 at 7:30 pmAntara Luhu, Eti, Piru, Buano, Manipa ada kemiripan
saya mau bertanya.. apakah bahasa bahasa tana di Ambon memiliki aksara penulisan tertentu ?
oleh cha cha orealz 24 Februari 2015 at 11:39 pmSy bukan. Orang ambon tp punya banyak teman dr ambon. Sy suka dg bahasa mereka/ bahasa tana dg logatnya yg khas juga. Tp sayangnya, sampe sekarang sy tidak paham apa yg mereka ‘ucapkan 🙂
oleh wiwiknur 27 Februari 2015 at 2:01 pmKAPATA atau “Bahasa Tana”
oleh M. Thaha Pattiiha 7 Mei 2016 at 6:07 amhttp://alifurusupamaraina.blogspot.co.id/2015/12/alifuru-hanya-bisa-diketahui-sejarahnya.html
Suku-bangsa Alifuru
hanya bisa diketahui sejarahnya
melalui pemahaman tutur Bahasa Kapata
(oral story) atau disebut juga Bahasa Tanah
Bahasa Kapata
adalah cara Alifuru
menuliskan sejarahnya
dalam bentuk lisan
Bahasa Kapata
merupakan bahasa komunikasi satu arah
sebagai kepustakaan pengetahuan
dan perbendaharaan kekayaan intelektual
Suku-bangsa Alifuru
Memahami Bahasa Kapata
mengertilah dan mampu bercakap bahasa-bahasa
komunikasi lokal Suku-bangsa Alifuru
——————————————————————————-
Penjelasan ;
Alifuru, adalah Suku-bangsa(sukubangsa) sebagai penduduk asli yang mendiami Kepulauan Maluku, Negara Indonesia, sejak awal dari ribuan tahun yang lalu.
Tidak ada sejarah tertulis tentang sukubangsa Alifuru sebelumnya, sebab Alifuru zaman dahulu tidak mengenal atau memiliki pengetahuan tentang tulisan, tetapi mereka memiliki kemampuan pengetahuan dalam menciptakan bahasa tutur atau Bahasa Tana(h) sebagai sumber data dan kepustakaan, disebut ; “Kapata”, sebutan lain ; Talili, atau Lan – Lani.
Di masyarakat sukubangsa Alifuru Kepulauan Maluku terdapat 117 bahasa lokal Alifuru sebagai alat komunikasi antar penduduk, sedangkan yang disebut bahasa Kapata, adalah bahasa tutur yang tidak dapat dikomunikasikan antara dua pihak, hanya sebagai bahasa ungkapan sebagaimana sastra puisi atau pantun.
Secara turun-temurun, bahasa Kapata harus dihafalkan dan kemudian diteruskan hafalan kapata dimaksud kepada anak-cucu keturunan dalam silsila-garis keturunan keluarga di tempat masing-masing berada atau bertempat tinggal.
Fungsi dan guna bahasa Kapata, untuk mengungkapkan atau menceritakan suatu masalah, suatu kejadian, atau suatu peristiwa, sebagai suatu catatan sejarah dalam bentuk lisan atau oral story.
Kadang hanya sepenggal kalimat Kapata, untuk sesuatu peristiwa penting dan besar, atau hanya semacam sentilan, juga istilah sebagai kalimat tanda pengingat terhadap sesuatu atau kepada seseorang.
Sukubangsa Alifuru pernah memiliki “sejarah kelam”, saat Belanda dan bangsa Eropa lainnya sebagai penjajah, menguasai Kepulauan Maluku. Bahasa-bahasa asli penduduk Maluku oleh Penjajah dilarang penggunaannya dalam komunikasi sehari-hari, bahkan bahasa Kapata kemudian banyak yang hilang, lenyap, dan terlupakan oleh sebagian sukubangsa Alifuru. Hanya sedikit orang di Maluku saat ini, yang masih bisa bertutur bahasa Kapata – selain bahasa komunikasi lokalnya sehari-hari .
Untuk bisa mengerti, memahami dan mengartikan atau menterjemahkan bahasa Kapata, maka harus lebih dahulu bisa lancar menggunakan salah satu bahasa lokal komunikasi sehari-hari masyarakat Alifuru. Bahasa komunikasi tersebut sangat beragam, dan tersebar di semua wilayah Kepulauan Maluku. Karena melalui bahasa komunikasi lokal sehari-hari, dapat dijadikan sebagai “kamus” memahami dan menterjemahkan kata dan kalimat bahasa Kapata.
Bahasa Kapata adalah catatan lisan (oral story) sukubangsa Alifuru, guna mengungkap identitas serta sejarah masa lalu, dan menjadikannya sebagai kepustakaan, sumber data rekaman secara lisan.
Bahasa Kapata sangat “unik dan langka”, tetapi menerangkan tentang kemampuan pengetahuan dan kecerdasan sukubangsa Alifuru dalam menciptakan jenis bahasa khas Alifuru yang tidak dimiliki sukubangsa lain di dunia.
oleh M. Thaha Pattiiha 7 Mei 2016 at 6:39 amKalau orang yang terhormat dan kaya (priayi) di Maluku di sebut apa ? Terima kasih
oleh Bunga Wulan 23 Agustus 2018 at 4:13 pmsalam jumpa basudara, kk beta ingin belajar bahasa tana. kira2 untuk bahasa tanah dari Itawaka ada ka seng ee kk.sebab beta pung mama asal dari Itawaka marga Papilaja. danke
oleh rio suseno 16 Oktober 2018 at 12:29 amBahasa tana mulai hilang dari katong Negeri sejak tahun 1939, setelah beta telusuri ternyata katong satu bahasa dengan saudara uli hatuhaha berhubung katong bagian dari uli buang besi di Pulau Haruku.
oleh Jannes 28 Januari 2021 at 11:33 pm